Burung Kacamata / Pleci – Ciri, Habitat, Dan Jenis


Bagi para penikmat suara burung kicauan, pasti telah tidak abnormal dengan jenis burung kacamata. Selain kicaunya yang terkenal merdu, burung ini juga mempunyai ciri khusus, yakni bundar berwarna putih di sekeliling area mata yang merupai kacamata. Ciri fisik inilah yang menyebabkan spesies ini menyandang nama tersebut.






Ciri-ciri Burung Kacamata





Burung yang berasal dari suku zosteropidae ini, selain mempunyai lingkaran seperti kacamata di area sekita mata, burung ini juga mempunyai karakteristik selaku berikut:





  • Memiliki sayap melingkar dan kaki yang berpengaruh.
  • Bertubuh kecil, panjang tubuhnya berkisar antara 10 – 15 cm.
  • Memiliki warna bulu rata – rata hijau kelabu.
  • Pada bagian badan atas bulunya berwarna kuning zaitun.
  • Pada bab badan bawah mempunyai warna kuning biasa.
  • Pada bab iris berwarna coklat, paruh dan pada bab kakinya berwarna kehitaman.
  • Hidup secara berkelompok atau melayang dalam kawanan, tergolong saat sedang mencari makan.
  • Saat demam isu kawin, burung kacamata memiliki kebiasaan membangun sarang di pohon. Mereka menciptakan telur berwarna biru pucat yang berjumlah 2-4 butir.
  • Burung kacamata suka memangsa serangga dan buah-buah kecil, serta nektar.
  • Memiliki habitat alami di hutan dataran rendah, hutan mangrove, serta semak belukar dengan iklim tropis atau subtropis (tergolong Indonesia dan Malaysia, serta benua Australia).




Habitat di Indonesia





Burung kacamata banyak dijumpai di pulau Kalimantan, Sulawesi (TN Rawa Aopa Watumohai), serta pulau Jawa. Meski populasinya tak banyak, burung ini juga dapat dijumpai di kawasan sekitar Flores dan Sumba.





burung kacamata




Burung kacamata ialah jenis burung penetap dan endemik di kawasan Kalimantan dan Jawa. Selain hutan mangrove, semak pantai dan hutan pantai juga menjadi habitatnya. Tak hanya itu, spesies burung ini juga kerap tinggal di pinggiran hutan.





Jenis Burung Kacamata





Burung kacamata atau yang sering diketahui dengan nama burung pleci sekarang termasuk dalam daftar burung yang dilindungi di Indonesia. Salah satu spesies yang tergolong dalam kategori dilindungi ini ialah jenis Opior Jawa atau javan grey-throated white-eye (heleia javanica).





Keberlangsungan burung ini dilindungi oleh PP No. 7 / Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.





1. Opior Jawa





Sesuai namanya, opior jawa atau javan grey-throated white-eye (heleia javanica) yakni burung endemik di Pulau Jawa. Opior jawa mempunyai ciri khusus pada tenggorokannya yang  berwarna debu-bubuk, lingkar matanya tidak lengkap, dan memiliki kekang berwarna kuning.





Burung ini mempunyai 2 jenis ras, adalah ras javanica yang hidup di Jawa Tengah dan ras frontalis yang menghuni daerah Jawa Barat. Keunikan lainnya, burung ini memiliki beberapa nama sesuai dengan daerah masing-masing. Seperti pleci kapur, pleci pupur, cucak jempol, cucak gentong, menyok, serta piyer.





Opior jawa jantan mempunyai
kemampuan untuk bersuara ngerol jika
dipancing dengan suara panggilan burung betina. Sedangkan burung opior jawa
betina cuma memiliki nada panggilan yang mirip suara anak ayam.





Karena keberadaanya yang sudah dilindungi oleh pemerintah, maka opior jawa tak pernah diikutkan dalam perlombaan kicau kacamata atau burung pleci.





2. Kacamata Jawa





Burung kacamata jawa atau javan white-eye (zosterops flavus) memiliki daerah persebaran di Pulau Jawa dan Kalimantan. Ukuran tubuhnya cukup mungil, antara 9,5 – 10 cm dengan warna badan mayoritas kuning.





Tubuh bab atas berwarna kuning zaitun, sedangkan tubuh bab bawahnya berwarna kuning. Memiliki iris cokelat dengan paruh dan kaki berwarna agak hitam. Sekilas mirip dengan kacamata bahari, namun kacamata jawa memiliki ukuran badan yang lebih kecil, warna lebih terperinci, dan tanpa bintik hitam pada kekang.





Telur kacamata jawa berwarna kebiru-biruan dengan jumlah sebanyak 2 butir setiap bertelur pada periode berkembangbiak sekitar bulan Mei. Burung ini sangat suka dengan nektar bunga, serangga kecil, dan buah-buahan. Kacamata jawa hidup secara berkelompok dikala sedang mencari makan.





Burung kacamata jawa termasuk dalam spesies yang digunakan dalam perlombaan kicau. Burung ini tergolong ke dalam kelas pleci dakun (dada kuning) pada kategori lomba. Baik dakun maput (mata putih) maupun dakun macok (mata cokelat).





Karena seringnya kacamata jawa tampil dalam perlombaan burung, ajakan pelanggan terhadap burung ini pun makin meningkat. Akibatnya, populasi kacamata jawa di alam liar semakin menurun.





Burung kacamata jawa yang dijual umumnya ialah hasil tangkapan hutan. Ditambah dengan rusak dan berkurangnya areal hutan di Kalimantan dan Jawa, maka kian menurun pula populasi burung ini.





Kini, status konservasi kacamata jawa telah mengalami pergeseran. Semula burung ini masih berstatus Hampir Terancam / Near Threatened (NT), sekarang statusnya telah ditingkatkan menjadi Rentan / Vulnerable (VU). Keberadaan burung ini dilindungi oleh Peraturan Menteri LHK No P.92 / Tahun 2018.





3. Kacamata Sangihe





Burung kacamata sangihe / sangihe white-eye (zosterops nehrkorni) mempunyai nasib yang lebih menyedihkan dari dua jenis burung di atas. Spesies burung ini paling langka keberadaannya dan dikabarkan sudah punah.





Para ilmuwan terakhir kali mendengar kicau kacamata sangihe pada tahun 1999 di Gunung Sahendaruman dan Gunung Sahengbalira, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.





Kacamata sangihe ialah burung endemik Kepulauan Sangihe. Masyarakat setempat menyebutnya dengan nama burung mata mawiera. Burung ini memiliki panjang sekitar 12 cm. Tubuh bab atas berwarna hijau-zaitun, tunggirnya berwarna kuning-hijau mencolok,dan ekornya berwarna hijau kehitaman. Dahinya berwarna hitam, dengan lingkar mata putih lebih lebar daripada pleci lazimnya .





Dari segi bunyi,
kicauannya tidak jauh berbeda dari kacamata dahi hitam, tapi terdengar lebih halus.
Selain itu, irama dan lagu-lagunya terdengar mengalun lebih singkat.





4. Kacamata Wallacea





Burung kacamata wallacea (zosterops wallacei) sedikit unik. Sebab burung ini tidak mempunyai lingkar putih di sekitar mata mirip jenis kacamata lainnya.





Spesies kacamata wallacea memiliki lingkar yang berwarna kuning terperinci. Itu sebabnya, burung ini sering disebut selaku yellow-ringed white-eye atau yellow-spectacled white-eye. Bagian dahi, wajah, serta tenggorokannya juga berwarna kuning. Namun perutnya berwarna keputihan dan tunggir tetap berwarna kuning.





Tak cuma dari warna lingkar mata, suara kicauannya pun berlainan dari burung kacamata yang lain. Suara pleci wallacea condong ngerol dan lantang, seperti suara burung opior atau jenis warbler. Kacamata wallacea mempunyai panjang tubuh sekitar 11 cm.





Lalu, bagaimana dengan nasib keberlangsungan kacamata wallacea?





International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) menetapkan burung kacamata wallacea dalam status Risiko Rendah / Least Concern (LC). Terlebih, daerah persebaran burung ini yang sangat terbatas (Flores, Sumbawa, Komodo, Rinca, Lembata, dan Sumba), populasinya mampu menurun drastis jikalau tidak secepatnya dijalankan upaya pinjaman.


Comments

Popular posts from this blog

cara membuat aplikasi administrasi kantor Tabel inventarisasi barang

Kilgore Pharmacy: Your Trusted Source for Quality Medications

masa subur suami kapan Voxy pacific subang agrofarm piai buat malaysia jatim perniagaan